Perempuan Muda Ngaku Stroke Gara-Gara Begadang, Ini Penjelasan soal Bahaya Tidak Tidur Malam

Senin, 06 Juni 2022 - 18:38 WIB
loading...
Perempuan Muda Ngaku...
Sebuah video TikTok tengah ramai dibahas netizen gara-gara pengakuan perempuan muda terkena stroke akibat sering begadang. Foto/TikTok @olszalau
A A A
JAKARTA - Sebuah video TikTok tengah ramai dibahas netizen gara-gara pengakuan perempuan muda terkena stroke akibat sering begadang. Karena kejadian itu, ia pun mengimbau kepada siapa pun untuk tidak begadang.

"Guys dengerin, ini foto aku pas lagi ulang tahun dan di rumah sakit, posisi habis koma. Kenapa koma, karena di pembuluh darah otakku itu ada perdarahan jadi ada stroke. Kok bisa stroke, padahal masih muda, masih 20 tahun? Jawabannya adalah begadang," kata si perempuan.

Ia mengaku sering sekali begadang dengan alasan merasa lebih produktif saat malam hari. Maka itu, waktu tidurnya lebih sering saat subuh atau bahkan siang hari.



"Dulu aku sering banget begadang. Subuh baru tidur atau bahkan besok siangnya. Aku tuh ngerasa kalau malam aku lebih produktif. Aku gitu terus semenjak pandemi sampai 2021 kemarin, sampai akhirnya aku drop, masuk ICU, koma," lanjut si perempuan.

"Jadi kalau buat kalian yang suka begadang, stop sekarang. Jangan sampai ngalamin kayak aku," tambahnya, memberi pesan.

Video TikTok ini sudah ditonton lebih dari 8 juta kali. Banyak netizen mengaku senasib dengan si perempuan, beberapa lainnya memberi semangat dan berharap agar tidak ada lagi yang menyepelekan begadang.

Di sisi lain, banyak yang bertanya-tanya bagaimana begadang bisa menyebabkan stroke?

Peneliti dari University of Liege dan University of Surrey melakukan studi menganalisis apa yang terjadi di dalam otak manusia ketika begadang. Para peneliti merekrut 17 relawan pria dan 16 relawan perempuan berusia sekitar 21 tahun.

Dijelaskan peneliti, relawan dilarang tidur selama 42 jam. Untuk menentukan bagian otak mana yang terdampak, relawan harus menjalani 12 kali pemindaian fungsional magnetic resonance imaging (fMRI). Selama pemeriksaan fMRI, relawan harus menjalani Psikomotor Vigilance Test (PVT) untuk mendeteksi respons mereka saat itu.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1163 seconds (0.1#10.140)